Qurban Tanda Cinta Cinta Allah dan Cinta Sesama
Selasa, 20 Juli 2021, Setiap tanggal 10 Dzulhijah umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha. Perayaan itu dilakukan dengan cara melaksanakan shalat Ied dan menyembelih hewan qurban. Perintah ini sesuai dengan firman Allah SWT untuk menyembelih hewan qurban terdapat dalam Qs. Al Kautsar ayat 2 yang berbunyi :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
Artinya :
Maka laksanakan shalat karena Tuhanmu, dan berkurban lah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)
Namun, masih ada yang belum memahami makna Idul Adha dengan menyembelih hewan qurban. Lantas, bagaimana makna dan hikmah Idul Adha ?
Idul Adha adalah salah satu tanggal penting dalam kalender Islam yang ditandai dengan puncak ibadah Haji di Mekkah, Arab Saudi. Idul Adha dinamai juga sebagai “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal itu memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Ketika Allah SWT menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Qs. As saffat ayat 102 yang berbunyi :
قَالَ يَبُنَىَّ إِنّى أَرى فىِ الْمَنَامِ أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىۚ قَالَ يأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْ مَرُۖ سَتَجِدُنِى إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِينَ
Artinya :
Ibrahim berkata :”Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu”, maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab : Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.
Pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat Islam itu membuat Nabi Ibrahim AS menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail diatas, bagi kita harus dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang mengandung pembelajaran paling tidak pada tiga hal yaitu :
Pertama, ketaqwaan. Pengertian taqwa terkait dengan ketaatan seseorang hamba pada Sang Khalik dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Nya. Kedua, hubungan antar manusia. Ibadah-ibadah umat Islam yang diperintahkan Tuhan senantiasa mengandung dua aspek tak terpisahkan yakni kaitannya dengan hubungan kepada Allah (hablumminnallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas). Lalu dengan menyembelih hewan kurban dan membagikannya kepada fakir miskin merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial seorang muslim kepada sesamanya yang tidak mampu. Ketiga, peningkatan kualitas diri. Ritual keagamaan ini adalah memperkukuh empati, kesadaran diri, pengendalian dan pengelolaan diri yang merupakan cikal bakal akhlak terpuji seorang Muslim.
Namun, Perayaan Hari Raya Idul Adha ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pendemi corona masih menerpa. Umat islam merayakan Idul Adha dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Hikmah apa yang bisa dipetik dari perayaan Idul Adha di tengah pendemi virus corona ?
Pendemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan manusia. Misalnya, berkaitan dengan kedekatan bersama keluarga dan menjaga kebersihan. “Mungkin dulu enggak menyadari kebersihan, sekarang lebih bersih. Dulu jarang pulang ke rumah, sekarang lebih banyak waktu bersama keluarga. Esensi Idul Adha dan ibadah kurban bukan perkara kemeriahannya, seperti takbir keliling maupun bergotong royong menyembelih hewan kurban. Hal itu merupakan bagian dari syiar Islam.
Dengan keterbatasan karena penyebaran virus corona, umat muslim memaknai Idul Adha pada ketaqwaan terhadap Sang Pencipta. “Disinilah kita diajarkan kemeriahan adalah bagian dari syiar Islam, tapi yang lebih esensi adalah taqwanya. Bahwa bukan daging yang diberikan, bukan ramai-ramai saat menyembelih, tetapi ketaqwaan itu yang menjadi tolak ukur berkurban untuk kurban. (Tim Web SD Alazka)