Penyuluhan budidaya ikan lele di lahan sempit dari Dinas Lingkungan Hidup Surabaya

Bu Heny DLH memberi makan lele dengan pallet bangkai lalat BSF

Selasa (23/3) SD Islam Al Azhar Kelapa Gading Surabaya berkesempatan mengikuti penyuluhan kader adiwiyata. Penyuluhan tentang budidaya ikan lele dilahan sempit ini merupakan serangkaian acara zero waste yang diselenggarkan oleh dinas lingkungan hidup dan diikuti oleh 41 sekolah calon adiwiyata tingkat kota, bekerja sama dengan pak Supriono ketua RT 02 RW 01 kelurahan Jambangan Surabaya. Pak supriono mengajak para crew Dinas lingkungan hidup menuju lorong prduktif dan edukasi. Lorong ini merupakan jalan tembusan menuju ke RT 01. Lorong yang mempunyai lebar 14 m x 1,5 m ini mejadi lorong yang produktif, dimana lorong ini pada awalnya adalah got yang kemudian dibangun gorong – gorong. Kolam sederhana dengan luas 60 cm x 7 m x 60 cm. Air di dalam kolam hanya diisi setinggi 45 cm dari dasar kolam dan terdapat lubang dari ketinggian 10 cm dari bibir kolam, lubang ini berfungsi untuk menjaga air kolam tidak meluap sehingga ikan lele tetap amam di dalam kolam. Kolam ikan lele ini dibangun di atas gorong – gorong. Bagian atas lorong dipasang paranet untuk menghindari cahaya matahari yang terlalu banyak masuk ke dalam kolam.

penyemprotan nutrisi pada pellet ikan lele

Untuk mengairi kolam lele pak Supriono memanfaatkan pengairan dari air talang rumah di samping lorong. Air hujan yang mengalir ke talang rumah langsung masuk ke kolam ikan lele. Namun jika musim kemarau tiba. Pengairan kolam ikan menggunakan air sumur. Ikan lele diberi makan dua kali sehari. Lele yang masih berusia 10 hari diberi makan pellet ikan. Pellet ikan dicapur dengan air agar pellet mengembang, pak Supriono menjelaskan bahwa jika kita memasukkan pellet ikan langsug ke salam kolam maka pellet tersebut akan mengembang di dalam perut lele, hal ini yang kerap kali menjadi penyebab matinya ikan lele. setiap satu minggu sekali makanan lele diberi nutrisi, nutrisi ini menjaga lele tetap sehat dan terhindar dari pengakit. Untuk pakan lele dewasa Pak Supriono menggunakan maggot sebagai pakan ikan dan palet dari bangkai lalat BSF. Lele sudah dapat di penen jika sudah memasuki usia 3 bulan.

Dari penyuluhan ini SD Islam Al Azhar Kelapa Gading dapat mengambil manfaatnya dan mengambil ilmu yang telah disampaikan dan dapat menerapkan cara budidaya lele yang benar. Serta sebagai salah satu referensi SDI Alazka dalam membudidayakan ikan lele yang selama ini sudah dilakukan dengan sistem budikdamber.  (kontributor Uswatun Nazilah, S.Pd.)

Zero waste dengan budidaya maggot

Peserta Penyuluhan dari 41 sekolah calon adiwiyata kota Surabaya

Dalam rangka meningkatkan wawasan siswa terhadap linkungan hidup, Selasa (23/3) SD Islam Al Azhar Kelapa Gading Surabaya berkesempatan mengikuti penyuluhan kader adiwiyata. Penyuluhan ini diselenggarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup kota Surabaya yang bekerjasama dengan RT 02 RW 03 Kelurahan Jambangan Surabaya yang dipandu oleh bapak ketua RT 02 RW 3 bapak Supriono. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh sekolah calon adiwiyata tingkat kota Surabaya. Sebanyak 41 sekolah di Surabaya yang turut serta menjadi peserta penyuluhan. Masing – masing sekolah mengirimkan dua siswa dan datu guru untuk mewakili sekolah.

RT 02 RW 03 Kelurahan Jambangan kota Surabaya merupakan keluarahan yang memenangkan lomba lingkungan sehat dan telah menjadi RT pencontohan dalam bidang pengolahan lingkungan serta menjadi RT dengan sarana edukasi lingkungan yang sangat baik. Sering kali mahasiswa PPL maupun sekolah menjadikan RT 02 RW 03 sebagai Media Edukasi terkait lingkungan.

Sasaran penyuluhan kali ini adalah sekolah – sekolah calon adiwoyata kota dimana sekolah – sekolah tersebut mengintegrasikan lingkungan hidup terutama tentang pengolahan sampah pada pembelajaran. Dua siswa kelas 5 dan dan satu  guru, Samia Tyas Apriliani dari kelas 5C dan nadzifa Zahira dari kelas 5B  adalah siswa sebagai perwakilan dari SDI Al Azhar Kelapa Gading Surabaya yang didampingi oleh ibu Uswatun Nazilah, S.Pd. Penyuluhan dilaksanakan dengan sistem daring dengan aplikasi zoom. Dipandu oleh ibu dyan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Penyuluhan kali ini mengusung  tiga matari sekaligus. Yaitu upaya zero waste dengan budidaya maggot, budidaya ikan lele di lahan sempit, dan pembuatan panel surya sederhana untuk pembelajaran.

Diawali dengan pembukaan oleh pimpinan Dinas Lingkungan hidup, kemudian dilanjutkan penyuluhan dengan materi pertama dengan system reportase. Di lokasi taman Smart RT 02 RW 03 Keluragan Jambangan bu Dyah memperkenalkan Pak Supriono kepada peserta sekaligus sebagai pemateri dalam penyuluhan ini. Pak Suspriono menyampaikan materi terkait dengan maggot, mulai dari telur, sampai pemanenan, cara merawat Maggot dan mafaat maggot bagi sampah serta mengapa Maggot dijadikan salah satu alternative untuk mengurangi sampah basah.

Lalat tentara hitam / black soldier fly (Hermetia illucens)

Pak Supriono menjelaskan bahwa maggot yang merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) memang sangat istimewa. budidaya larva maggot atau Black Soldier Fly penting dilakukan sebagai solusi untuk menguraikan sampah organic / sampah basah.  Black Soldier Fly atau selanjutnya disingkat BSF adalah salah satu animalia dari kelas insekta. Daur hidup BSF dimulai dari perkawinan BSF jantan dan betina. Dua hingga tiga hari setelah kawin, betina akan bertelur. Betina akan mati setelah bertelur dan jantan mati setelah kawin. elur BSF menetas sebanyak 500-900 telur/cluster dalam jangka waktu tiga sampai empat hari. Telur tersebut menjadi bayi larva yang memiliki ukuran kurang dari 1mm. Pada usia 0-18/21 hari bayi larva yang telah membesar menjadi larva dewasa dengan ciri-ciri berwarna putih kecoklatan, larva besar kemudian menjadi prepupa dengan warna hitam dan tidak makan. Pada siklus ini, prepupa mulai memanjat dari media untuk mencari tempat kering. Prepupa yang telah memasuki tujuh hari akan masuk pada fase pupa. Pada fase ini, pupa sudah tidak bergerak diam rata-rata tujuh hari sampai satu bulan sampai menetas.

Manfaat larva BSF (maggot) diantaranya menguraikan sampah. Keunggulan budidaya larva maggot adalah aman bagi manusia (tidak menimbulkan wabah penyakit), pertumbuhan yang cepat, bersih, perawatan mudah, biaya produksi murah, bisa diproduksi di lahan yang sempit, dan tidak berbau.

prepupa maggot

Pak supriono menjelaskan bahwa saat masih menjadi larva kecil pak supriono menggunakan pisang untuk porses pertumbuhannya. larva BSF besar atau maggot dapat menghabiskan sampah basah sebanyak 25 kg perhari dan tidak perlu tempat yang luas dalam pembudidayaannya.

Berawal dari bantuan maggot dari dinas kota Surabaya saat mengikuti lomba lingkungan sehat, Pak Suprono mendapatkan satu entong maggot dan sekarang sudah menjadi banyak serta dapat memasok beberapa RW yang juga akan melakukan budidaya maggot.

Budidaya maggot juga dapat dilakukan secara alami. Yaitu dengan cara memancing lalat BSF dengan potongan buah nanas dan biotong tetes. Tahap selanjutnya adalah pembuatan kandang. Kandang dibuat di sebelah kandang ayam dengan menggunakan kerangka (bendrat, kawat, kayu) yang ditutupi oleh jarring lembut (kelambu), karena tidak adanya kandang ayam di RT 02 RW 03, Pak supriono bekerja sama dengan RT 01 yang mempunyai lahan kandang ayam. Dibeberapa bagian kelambu, Daun pisang, biotong pemancing dapat juga menggunakan tetes tebu, tempat minum, rak tempat pre pupa, dan tempat bertelur harus ada dalam kandang. dipasangnya kain – kain perca sebagai tempat bertelurnya BSF.

urasi perkawinan dapat ditambah dengan memasang lampu UV dengan panjang gelombang 400nm-700nm. Saat panen telur, tempat bertelur maggot dapat dibuat dari tumpukan lembaran kayu dengan celah-celah kecil di sela-selanya, telur dikumpulkan dan disimpan dalam penetasan. Tempat penetasan makanan diberi sedikit makanan (sampah) agar makanan tetap tersedia. Setelah telur menetas menjadi larva (maggot) kondisi ideal yang cocok bagi maggot yaitu suhu yang hangat berkisar 24oC hingga 30oC, lingkungan yang teduh, kandungan air dalam makanan berkisar 60-90%, makanan kaya protein dan karbohidrat serta ukuran partikel makanan kecil. Hal ini pak Supriono menggunakan pisang yang sudah matang.

Semua siklus hidup BSF dapat dimantaatkan oleh lingkungan. Larvanya dapat mengurai sampah dan pakan ikan sedangkan bangkai lalat yang sudah mati dapat digunakan sebagai pellet ikan.

Sampah apa yang bisa diurai oleh maggot? Pak supriono menjelaskan bahwa Sumber makanan Maggot adalah semua sampah basah. Antara lain; sampah dapur, sampah pasar berupa sayur dan buah, kotoran ternak, dan limbah pabrik berupa ampas tahu. Proses penguraian sampah akan semakin mudah dengan mencacah sampah terlebih dahulu. Asalkan pada saat pemberian sampah basah dipasrtikan sampahnya masih dalam kondisi tidak basah atau tidak berair, karena maggot menyukai daerah yang bersih dan kering. Sampah basah bukan berupa sampah yang sudah membusuk dan mengeluarkan air lindi. Jika Sampahnya berair maka akan membuat maggot ini mati. (kontributor Uswatun Nazilah, S.Pd.)